JAKARTA – Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) merayakan HUT ke-50 dengan tema Konsisten dalam Pemberdayaan Ekonomi Perempuan, Inovatif, Inklusif, Kolaboratif Menuju Indonesia Emas, Senin (10/2/2025) lalu.
LIDIKNUSANTARA.COM – Perayaan ini menandai perjalanan IWAPI sejak didirikan pada 10 Februari 1975, yang terus berperan dalam pemberdayaan ekonomi perempuan di Indonesia.
Ketua Umum DPP IWAPI, Ir. Nita Yudi, MBA, mengungkapkan bahwa 64% UMKM di Indonesia dikelola oleh perempuan, yang berkontribusi 61,07% terhadap PDB atau setara Rp8,574 triliun pada tahun 2021.
IWAPI sendiri telah berkembang dengan lebih dari 40.000 anggota di 35 provinsi dan 259 kabupaten/kota, serta memiliki perwakilan di Malaysia.
“Peran perempuan dalam perekonomian nasional sangat signifikan. Oleh karena itu, IWAPI terus berupaya meningkatkan kapasitas pengusaha perempuan agar lebih berdaya dan mampu bersaing di tingkat nasional maupun global,” ujar Nita Yudi.
Sebagai organisasi yang dipercaya pemerintah sebagai focal point ASEAN Women Entrepreneurs Network (AWEN) Indonesia, IWAPI juga berperan dalam G20 Empowered dan kini dipercaya sebagai Leader of Women Empowerment dalam forum BRICS.
Selain mendorong kewirausahaan, IWAPI juga melaksanakan kegiatan sosial dalam rangka perayaan HUT ke-50, dengan memberikan 50.000 paket makanan bergizi kepada siswa sekolah, ibu hamil, lansia, dan perempuan difabel di lebih dari 50 titik di Indonesia dan Malaysia.
Di era digital, IWAPI terus berinovasi dengan meluncurkan IWAPI DIGITAL, platform yang mencakup iMarketku (marketplace IWAPI), iAcademiku (pusat pembelajaran online gratis), dan berbagai informasi organisasi.
Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Wamen PPPA), Veronica Tan, yang turut hadir dalam perayaan ini, menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat ekonomi perempuan.
“Tantangan seperti kebutuhan ekonomi yang mendesak, kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), perdagangan manusia, dan eksploitasi tenaga kerja masih menjadi permasalahan bagi perempuan. Oleh karena itu, pendidikan dan pelatihan bagi perempuan harus disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja agar mereka lebih siap bersaing,” ungkap Veronica.
Menurutnya, generasi muda, khususnya lulusan SMK, harus memiliki tingkat penyerapan kerja hingga 80% setelah lulus. Jika terdapat kesenjangan keterampilan, pelatihan tambahan perlu diberikan agar mereka siap menghadapi tantangan dunia usaha.
“Menjadi pengusaha bukan hanya soal modal, tetapi juga disiplin, ketekunan, dan kemauan untuk terus belajar. Etika dan karakter yang kuat juga menjadi faktor utama dalam mencapai kesuksesan,” pungkasnya. (r/red)
Discussion about this post