1. Respect (Menghargai / Menghormati)
Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita mendidik anak. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaaan seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim.
Mendidik anak seyogyanya dilakukan degan menghormati anak dengan menganggap seolah-olah sebagai orang dewasa yang dapat diajak berbicara, diskusi, musyawarah dan mengambil keputusan. Kebiasaan orangtua adalah mereka tidak mau ribet dan mau sesuatu dengan cepat dan instan, padalah anak butuh proses dalam menentukan pilihan meskipun terkesan lambat, tetapi hargailah bahwa itu adalah cara terbaik untuk anak-anak belajar bertanggung jawab.
2. Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.
Telinga kita ada dua dan mulut Cuma satu, maka seyogyanya kita lebih banyak mendengar daripada berbicara. Sebagai orangtua kita dapat menjadi contoh sekaligus mengajarkan empati kepada anak-anak kita. Cara paling mudah dilakukan dengan mengajak anak-anak berkunjung ke yayasan anak yatim, Rumah Singgah, Kampung Pemulung, dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkan jiwa empati dan sosial anak sejak dini sehingga diharapkan mereka mampu menyelami berbagai macam karakter manusia yang ada baik yang sempurna maupun yang istimewa.
3. Audible
Makna dari audible antara lain, dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Dalam mendidik anak seyogyanya harus dua arah, karena jika searah yang terjadi adalah maunya orangtua. Padahal kita diamanahi anak untuk dapat menjadi fasilitator dalam membuka “pesan” yang telah dititipkan dalam setiap diri anak-anak kita. Yang terjadi saat ini adalah keegoisan orangtua yang sudah merampas impian anak-anak sehingga mereka tidak dapat bertumbuh sesuai dengan talenta terbaik yang sudah diberikan. Menjdi orangtua harus menjadi pendengar yang baik bagi anak-anaknya dan menjadi sahabat dalam mendengarkan setiap keluh kesahnya. Hal ini dapat dilatih sejak anak masih balita tentunya dengan bahasa yang sederhana.
Discussion about this post