TANJUNGPINANG (KEPRI)- Keberagaman suku dan budaya daerah memberi nuansa tersendiri dengan begitu kuatnya sebagai indentitas multikultur, hal itu tercermin dalam acara pentas seni multikultur yang ditaja oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Kepri. Sebanyak delapan kesenian tradisional daerah yang ditampilkan oleh sanggar dan paguyuban melalui penggiat seni budaya, yaitu Kesenian Tradisional Karo (Sumatera Utara), Kesenian Tradisional Ambon (Maluku), Kesenian Tradisional Jawa, Kesenian Tradisiomal Sunda, Kesenian Tradisional Melayu, Kesenian Tradisional Minangkabau (Sumatera Barat), Kesenian Tradisional Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Kesenian Tradisional Tionghoa.
LIDIKNUSANTARA.COM- Berbagai Seni dan budaya merupakan ragam pesona Negara Kesatuan Republik Indonesia yang multikultur. Keberagaman suku bangsa dan budaya di Indonesia menunjukkan betapa kuatnya identitas multikultur yang dimiliki di setiap provinsi. Sejarah telah memperlihatkan bahwa keberagaman yang dimiliki selama ini telah mewarnai kehidupan sehari-hari masyarakat.
Dalam kapasitasnya Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Kepri, kemudian turut memiliki peran dan tanggungjawab dalam upaya melestarikan dan memperkuat identitas multikultur tersebut. Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Kepri, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, secara terus menerus mendorong pelestarian tradisi di seluruh Indonesia dalam pelaksanaan secara nyata dalam pemajuan kebudayaan.
Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Kepri menggelar kegiatan pentas seni multikultur, kegiatan ini masih dalam suasana memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke 75, kegiatan pentas seni multikultur berlangsung selama dua hari yakni Sabtu-Minggu tanggal 22-23 Agustus 2020. Adapun kegiatan pentas seni multikultural kali ini dengan tema “Menjalin Kebersamaan Dalam Keberagaman,” di Aula BPNB Kepri, Jalan Pramuka, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepri.
Dari delapan kesenian tradisional yang tampil di acara pentas seni multikultur salah satunya adalah kesenian tari piring ditampilkan oleh Sanggar Bunga Tanjung. Tari Piring merupakan tarian khas minangkabau yang boleh dikatakan juga populer, tarian ini menggunakan piring sebagai properti utamanya. Kadang kala piring sengaja dipecahkan dan penari menari diatas tumpukan pecahan piring tersebut. Hal ini kemudian menjadi bunga pertunjukan dan juga sebagai hiburan.
Konon khabar dahulunya tarian piring dilakukan di musim panen, sebagai sebuah ritual sebagai ucapan terima kasih atas musim yang baik dan panen berlimpah. Gerakan Tari piring yang sangat atraktif menampilkan kelincahan dan kekompakan gerakan penari. Setidaknya terdiri dari 21 gerak yang sarat makna yaitu gerak pasambahan, gerak singanjuo lalai, gerak mencangkul, gerak menyiang, gerak membuang sampah, gerak memagar, gerak menyemai, gerak mencabut benih, gerak bertanam, gerak melepas lelah, gerak mengantar juadah, gerak mengambil padi, gerak menyambit padi, gerak manggampo padi, gerak menganginkan padi, gerak mengikir padi, gerak membawa padi, gerak menumbuk padi, gerak gotong royong, gerak menampih padi, gerak menginjak pecahan kaca.
Sedangkan musik pengiring tari piring mengunakan talempong, gandang tambua, serunai, dan lain-lainnya. Selain itu, penari menggunakan cincin yang terbuat dari batu pada salah satu jarinya, sambil menari biasanya penari menjentikan cincin ke piring sekaligus menjadi pengatur tempo tarian.
Penampilan tari piring dan tambua oleh sanggar Bunga Tanjung pada acara pentas seni multikultur yang ditaja Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Kepri cukup memukau, dan menjadi sebuah tontonan yang menarik yang di mainkan oleh kaula muda atau melenial.
Kepala BPNB Kepri Toto Sucipto mengatakan pada media ini bahwa, “Kita ingin memperlihatkan suatu keindahan walaupun beragam, namun tetap bersatu, justru dalam kegiatan seperti ini kita melihat kegontong royongan antar seniman, budayawan dan seluruh lapisan masyarakat, dan oleh karena itu kami menggelar acara pentas seni multikultur dari paguyuban-paguyuban, komunitas budaya suku bangsa, sebanyak delapan seni budaya daerah yang ada di Provinsi Kepri,” katanya. Minggu 23 Agustus 2020.
Sehingga dengan beragam dan kebersamaan dapat hidup saling bertoleransi, dan diharapkan dapat memberikan suasana kreatiftivitas bagi seluruh masyarakat. Dengan kebersamaan dan saling toleransi kita akan lebih mudah membangun kembali cita-cita luhur para pejuang kemerdekaan yang bertujuan menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, tutupnya.
Sumber dan poto : Randy Wardana, S.Sos
Discussion about this post