KARIMUN – Anggota DPRD Kabupaten Karimun H. Kamaruddin, S.Pd.I, atau Ust Komar angkat bicara terkait penutupan kembali keberangkatan warga Karimun ke Malaysia atau ke Singapura.
LIDIKNUSANTARA.COM – Penutupan itu akibat adanya dugaan Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang berangkat secara unprosedure melalui pelabuhan Internasional Tanjung Balai Karimun, Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau.
Ust Komar menyebut, masyarakat Karimun sudah terbiasa berangkat masuk dan keluar ke Malaysia maupun Singapura seperti kampung halaman mereka. Sudah dari dulunya turun temurun.
“Apalagi Jarak tempuh Tanjung Balai Karimun ke Malaysia dapat ditempuh hanya 45 menit,” ucap Ust Komar, Rabu (5/7/2023).
Menurutnya, kebijakan tersebut perlu dievaluasi karena adanya hubungan baik dan kekeluargaan dari nenek moyang yang sama sejak zaman Kerajaan Johor, Riau dan Lingga.
“Indonesia, Malaysia dan Singapura secara histori adalah Melayu Serumpun. Orang karimun itu banyak keluarga di Malaysia, mungkin keberangkatan mereka dalam rangka acara keluarga seperti pernikahan dan lain-lain, oleh sebab itu kebijakan itu juga perlu dievaluasi,” ujarnya.
Selain itu, keberangkatan orang ke Malaysia maupun Singapura lewat Karimun bisa menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari boording pass.
“Tapi kalau masyarakat tidak diperbolehkan berangkat berapa banyak PAD kita yang hilang,” ungkapnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua DPP Front Pemuda Bugis, M. Ilham. Menurutnya, akibat dari penutupan tersebut sangat berdampak bagi warga Karimun.
“Akibat penutupan ke berangkatan itu berimbas pada banyak pihak, terutama orang-orang yang bekerja di pelabuhan. Apalagi hal ini menyangkut kepentingan hajat hidup orang banyak atas Hak Asasi Manusia dalam mendapatkan pekerjaan,” tuturnya.
Dari pantauan awak media di pelabuhan Tanjung Balai Karimun pada Rabu (5/7/2023) pagi, keberangkatan ke Malaysia kembali ditutup setelah sempat buka selama 2 (dua) hari.
Terlihat raut wajah kekecewaan dari para calon penumpang yang batal berangkat. Seorang calon penumpang bahkan ada yang menangis saat dikonfirmasi.
Perempuan paruh baya yang diketahui berasal dari Kundur Utara dan enggan disebutkan namanya itu mengaku dirinya ke Malaysia untuk mencari nafkah menghidupi keluarganya.
“Saya bekerja tempat saudara sebagai pengasuh anak di wilayah Johor. Mereka (Majikan) suami istri bekerja, jadi anaknya dipercayakan kepada saya untuk menjaganya,” katanya.
Ia berharap kondisi seperti ini tidak berlangsung lama, sebab di Karimun tidak ada lapangan pekerjaan buatnya.
“Jika saya tidak bekerja, keluarga saya mau diberi makan apa? Kasihan anak-anak saya. Siapa yang akan bertanggung jawab? Harapan kami, rakyat kecil, agar pemimpin Karimun peduli dan mencarikan solusi buat kami, jangan biarkan kami rakyat dan masyarakat menderita seperti ini,” pintanya.
Sumber: Defran
Discussion about this post