TANJUNGPINANG – Berawal dari keinginan untuk menyalurkan para pelaku kreatif untuk menemukan wadahnya, Senjata Kata hadir dengan event “Kekanalan” yang mengusung tema Bersama Kita Kolektif. Event tersebut diadakan di Café Kastobi Km. 5 atas Tanjungpinang selama dua hari, yakni Hari Sabtu (22/02) dan Minggu (23/02).
LIDIKNUSANTARA.COM – Senjata kata sendiri merupakan salah satu grup kolektif di Kota Tanjungpinang yang diprakarsai oleh Dipa, April, Dhadan, dan Wawan. Pengambilan Kekanalan sebagai nama event merujuk pada kata ‘kanal’ yang berarti saluran. Hal tersebut sesuai dengan tujuan Kekanalan itu sendiri, yakni sebagai penyalur para pelaku kreatif dan sebagainya agar menemukan wadah yang cocok untuk mengekspresikan diri.
“Ide dari Kekanalan ini awalnya muncul dari Dhadan sama Wawan, dan hanya di lingkarang pertemanan kita saja, tapi dari situ menjalar ke teman-teman yang lain. Jadinya yang berpartisipasi bisa seperti ini,” ungkap Dipa saat dikonfirmasi.
Lebih lanjut Dipa menyampaikan, “Dalam event ini kami juga ingin teman-teman yang ada bisa saling sharing, bertemu teman-teman baru, atau silaturahmi dengan teman lama. Pokoknya kita bersenang-senang bersama di sini.”
Event “Kekanalan” Bersama Kita Kolektif menghadirkan para pelaku kreatif dari berbagai bidang. Mulai dari Edukasi, Kolase manual, artwork, Fotografi, podcast, film, hingga seni terapan dan juga clothing line.
Untuk bidang edukasi Kekanalan menghadirkan Lingkar Literasi Tanjungpinang, Kelompok yang menjajarkan buku-buku (umumnya buku penunjang perkuliahan) untuk masyarakat baca dan bahkan bisa dipinjam.
Selanjutnya untuk kolase manual, event yang bersifat kolektif ini menghadirkan Noise//Kapital, Dhadan, dan Wawan. Kolase manual itu sendiri merupakan seni rupa dua dimensi yang dibuat dengan cara menggabungkan berbagai macam bahan yang bersifat padat dan kering untuk menghasilkan karya yang bernilai seni.
Sementara di bidang artwork, Kekanalan menghadirkan sejumlah illustrator unik. Para pelaku kreatif ini beberapa menggandrungi Dark Concept atau ‘Konsep Kegelapan’ yang jarang ter-ekspose di ranah mainstream. Mereka adalah Amorvati XCVI, Darkcvlt, Gloomy Anxiety, dan Grace XIII.
Masih dalam bidang artwork, ada juga Bunny space yang karyanya dapat diterjemahkan sebagai refleksi diri sang ilustrator, bahkan bisa menjadi refleksi bagi siapapun yang menikmati Bunny Space itu sendiri. Kemudian ada Doohlpin, pemuda yang berbicara tentang pengalaman-nya dengan medium sebuah karya berupa lukisan.
Kekanalan juga menghadirkan beberapa fotografer unik yang menggunakan kamera analog sebagai ‘senjata’-nya. Mereka adalah Asbullah, Klise Ardi, Tabung Klise, dan Yoke Agustiranda.
Event ini kerap mengundang Podcast Suka-suka untuk menemani pengunjung berbincang tentang isu-isu hangat yang terjadi, tentunya dengan gaya yang unik, seru, nyeleneh, dan tentunya “Suka-suka”. Sebagai penghibur lain, Kekanalan juga mengajak pengunjung menyaksikan film “Sabotase” karya Hadrah Daeng Ratu, dan “Pulau Terluar bukan Pulau Terbiar” karya Udin Koyak-koyak.
Untuk menemani pengunjung yang hadir, Kekanal menghadirkan ‘lapakan’ dari para pelaku seni terapan dan clothing line asli Tanjungpinang. Pelaku seni terapan itu diantaranya menggunakan bahan daur ulang untuk membuat karya yang unik dan berguna bagi masyarakat. Para ‘Lapakan’ yang siap menemani pengunjung adalah Gemsdelicio, PolvoxCraft, Stasiun Kayu Usang, Sarank Hitam, Svaar, dan TularTutur.
Saat ditanya mengenai ada apa tidaknya lanjutan event seperti Kekanalan ini, April menjawab, “Ditunggu saja, tapi kalau bertanya nanti akan ada apa lagi, itu rahasia ya,” ungkapnya. Sebagian besar pengunjung maupun pelaku kreatif yang hadir tampak berharap event semacam ini akan terus rutin diadakan di Kota Tanjungpinang ini.
Penulis dan Foto: Adnan Fadhil
Discussion about this post