MOSKOW – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menemui Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskau untuk membahas situasi di Suriah. Turki berniat membentuk zona keamanan di Suriah utara.
Turki dan Rusia selama ini berada di sisi yang berlawanan dalam perang di Suriah. Sementara Rusia mendukung pemerintahan Bashar al-Assad, Turki justru mendukung kubu pejuang Suriah yang berperang melawan pemerintahan Assad. Namun sejak hubungan Turki dengan AS di bawah Trump merenggang, Presiden Erdogan berusaha merangkul aliansi baru.
Recep Tayyip Erdogan menyambangi presiden Rusia, Vladimir Putin di Moskow Rabu (23/1) . Sebelumnya dia mengatakan, fokus utama pembicaraannya dengan Putin adalah pembentukan “zona aman” di Suriah utara, yang berada di bawah kontrol Turki.
Sebelumnya presiden AS Donald Trump mengancam Turki dengan “konsekuensi dahsyat”, seandainya pasukan Turki menyerang kelompok Kurdi di Suriah, yang selama ini didukung pasukan AS dalam perang melawan kelompok teror ISIS. AS juga menuntut pembentukan zona aman untuk memungkinkan penyaluran bantuan ke Suriah.
Posisi Rusia belum jelas
Rusia, yang sejak awal mendukung pemerintahan Assad, kemungkinan akan menentang rencana pembentukan zona aman. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov minggu lalu mengatakan, pemerintah Suriah harus mengambil alih kendali di kawasan utara negara itu.
Konflik di Suriah sudah berlangsung selama delapan tahun dan menelan banyak korban jiwa. Baru-baru ini, Presiden Donald Trump secara mengejutkan mengumumkan, AS akan menarik pasukannya dari Suriah dengan argumentasi ISIS telah dikalahkan.
Sejak pengumuman rencana penarikan pasukan AS itu, Turki meningkatkan persiapan operasi militer untuk menyerang kelompok Kurdi yang mereka anggap sebagai kelompok teroris.
Kelompok Kurdi yang merasa ditinggalkan oleh AS kini ingin bekerjasama dengan pemerintah Suriah untuk membantu menahan serangan militer Turki. Di kota Manbij, gerilyawan Kurdi sudah membuka gerbang dan menyambut masuknya pasukan pemerintah.
Pertemuan segitiga
Moskow merencanakan pertemuan segitiga antara Rusia, Turki dan Iran sebagai bagian dari proses perdamaian Astana, yang diluncurkan ketiga negara pada tahun 2017.
“Sejauh ini, belum ada tanggal yang ditentukan, namun setelah konsultasi dengan Erdogan, kami akan memulai persiapan untuk KTT trilateral,” kata Yuri Ushakov, penasehat kebijakan luar negeri Putin kepada wartawan minggu lalu.
Pertemuan terakhir antara Putin, Erdogan dan pimpinan Iran Hassan Rouhani berlangsung September tahun lalu di Teheran. Ketika itu mereka membahas situasi di provinsi Idlib yang dikuasai kubu pemberontak.
Hubungan antara Rusia dan Turki merosot ke level terendah pada November 2015, ketika pasukan Turki menembak jatuh sebuah pesawat tempur Rusia di atas Suriah. Namun setelah kesepakatan rekonsiliasi tahun 2016, hubungan itu kembali pulih.
Vladimir Putin dan Recep Tayyip Erdogan kini ingin bekerja sama lebih erat lagi, terutama setelah AS menyatakan akan menarik diri dari konflik di Suriah. Turki membeli sistem pertahanan udara buatan Rusia dan sebagai imbalannya Rusia siap membangun pembangkit listrik tenaga nuklir pertama Turki.
hp/as (afp, rtr, ap)
Discussion about this post