TANJUNGPINANG – Sidang lanjutan gugatan perdata wanprestasi (ingkar janji) jual beli tanah dan bangunan antara penggugat (Arbain) melawan tergugat (Hai Seng) dan ikut tergugat (pejabat notaris Hendy Bkry Agustino), kembali digelar pada Rabu (04/12/2024) di Pengadilan Negeri Kota Tanjungpinang.
LIDIKNUSANTARA.COM – Dalam sidang lanjutan yang dipimpin ketua majelis hakim Irwan Munir, S.H., M.H. tersebut, pihak penggugat menghadirkan tiga orang saksi, yaitu Tapip, Felix, dan Hangbun.
Pihak Arbain, melalui penasehat hukumnya A. Rivai Ibrahim, SH., menyebut, “Ketiga saksi ini kami hadirkan untuk menerangkan bahwa mereka sama sekali tidak pernah melihat pembayaran tunai dari pihak tergugat (Hai Seng).”
Berdasarkan data yang dihimpun media ini, gugatan perdata wanprestasi jual beli tanah dan bangunan itu berawal dari tergugat (Hai Seng) yang membeli 10 bidang tanah dengan bangunan pabrik milik penggugat (Arbain) senilai total Rp18.489.000.000,-.
Kedua pihak telah membuat perjanjian jual beli yang tertuang dalam Akta Perjanjian Untuk Jual Beli Nomor: 15 tertanggal 06 Mei 2019, yang dibuat oleh notaris Hendy Bkry Agustino yang merupakan turut tergugat dan disaksikan oleh kedua pihak.
Namun, setelah diteliti dan didalami lebih cermat oleh penasehat hukum Arbain, terdapat bagian dalam akta jual beli tersebut yang mengandung kejanggalan.
Pada angka 2 huruf C dalam akta jual beli itu berbunyi, “Harga dibayar lunas oleh Tergugat (Hai Seng) kepada Penggugat (Arbain) pada saat penanda tanganan surat perjanjian ini oleh kedua belah pihak dan untuk penerimaan jumlah uang tersebut surat perjanjian berlaku juga sebagai tanda bukti penerimaan uang yang sah.”
Akan tetapi, pada kenyataannya Hai Seng membayar dengan cara angsuran, bukan kontan. Pembayaran dari Hai Seng dilakukan sebanyak 26 kali, dimulai dari tanggal 06 Mei 2019 hingga 21 Mei 2020, dengan total Rp9.164.965.000,-. Berdasarkan alat bukti tersebut, maka Hai Seng belum melunasi kewajiban yang tertera dalam akta jual beli tersebut.
Masalah tambah pelik saat 3 dari 10 sertifikat tanah hak milik yang dititipkan pihak Arbain kepada notaris Hendy Bkry Agustino diserahkan kepada pihak Hai Seng, padahal pembayarannya belum lunas. Jika melihat dari akta jual beli yang disepakati, dituliskan bahwa penyerahan sertifikat dilakukan setelah pembayaran telah lunas.
Berdasarkan hal itulah pihak Arbain, melalui penasehat hukumnya dari Kantor Advokat dan Konsultan Hukum A. Rivai Ibrahim & Partners, mengajukan gugatan perdata wanprestasi ke Pengadilan Negeri Kota Tanjungpinang.
Seusai sidang lanjutan, Rabu (04/12/2024), media ini berusaha meminta keterangan notaris Hendy Bkry Agustino. Namun, ia hanya berkata, “Mohon bersabar dulu, kita belum bisa menjawab apa-apa sekarang. Sampai perkara ini selesai, baru kita bisa berkomentar.”
Sementara itu, penasehat hukum pihak tergugat (Hai Seng) tidak berkenan memberi tanggapannya terkait sidang gugatan perdata wanprestasi (ingkar janji) jual beli tanah dan bangunan ini. (Adnan)
Discussion about this post